ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT. ELNUSA, TBK

TAHUN 2005- 2010

BAB I

PENDAHULUAN

  1. 1.                  SEJARAH PERUSAHAAN

1.1.            Profil singkat

PT. Elnusa, Tbk merupakan anak perusahaan Pertamina. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1969, dengan Nama “PT Elektronika Nusantara”. Elnusa mengawali kiprahnya sebagai penyedia jasa peralatan komunikasi elektronik, navigasi perkapalan dan sistem radar kapal pengangkut migas di Indonesia. Selanjutnya perkembangan perusahaan ini dapat dilihat pada beberapa fase, diantaranya pada tahun 1987 membentuk Divisi Seismic Data Processing (cikal bakal PT Elnusa Geosains Services); tahun 1984 dibentuk PT Elnusa Workover Services (EWS); tahun 2004 mendirikan PT Elnusa Drillling Services (EDS) dan pada tahun 2007 melakukan restrukturisasi bisnis dan portfolio untuk fokus usaha (Vertical & Horizontal Merger). Pada tahun 2008 Elnusa mendapatkan pernyataan efektif dari Bapepam-LK sebagai perusahaan terbuka

Berdasarkan Public Expose 2010 PT Elnusa tangal 8 Desember 2010, komposisi kepemilikan saham PT Elnusa,Tbk adalah Pertamina (Persero) : 41,10%, PT. Benakat Petroleum Energy,Tbk :37,15%, Masyarakat: 20,38%, Treasury Stcok          : 1,37%  (http://www.elnusa.co.id)

1.2.            Visi dan Misi Perusahaan.

1.2.1.      Visi

Menjadi perusahaan kelas dunia kebanggaan nasional di bidang jasa hulu migas secara solusi total untuk memberikan nilai tambah optimal bagi stakeholder.

1.2.2.      Misi

  1. Memberikan jasa layanan bermutu tinggi secara terintegrasi (one stop service) untuk kepuasan dan loyalitas pelanggan, yang didukung oleh profesionalisme SDM, ketersediaan peralatan, penguasaan teknologi, continual improvement dan pengembangan inovasi produk.
  2. Melaksanakan seluruh kegiatan usaha berdasarkan kaidah good engineering practices dengan standar kelas dunia serta mewujudkan operation excellence melalui penerapan kaidah-kaidah AQ dan HSE (Quality Assurance dan Health, safety dan Environment) yang benar dan konsisten, sebagai realisasi keunggulan perusahaan.
  3. Meningkatkan pertumbuhan skala usaha secara berkesinambungan yang disertai dengan peningkatan kinerja finansial maupun non finansial.
  4. Meningkatkan nilai pemegang saham secara berkelanjutan, serta kesejahteraan maupun kesempatan untuk tumbuh kembang karyawan. Membina hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan dengan pemerintah, mitra kerja maupun masyarakat dimana perusahaan beroperasi.

BAB II

ANALISIS KONDISI KEUANGAN PT ELNUSA,TBK 2005-2010

2.1.            Aspek Likuiditas

2.1.1.      Pengertian

Likuiditas adalah “kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pengertian lain adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau utang yang segera harus dibayar dengan harta lancarnya”. (www.wikipedia.org). Untuk memudahkan melakukan analisis ini, dapat menggunakan beberapa elemen rasio likuditas yaitu Current Ratio, Quick Ratio, dan Cash Ratio

2.1.2.      Rasio Likuiditas

2.1.2.1.Current Ratio ( Rasio Lancar)

Curent Ratio atau rasio lancar “menunjukkan likuiditas perusahaan yang diukur dengan membandingkan aktiva lancar terhadap utang lancar atau kewajiban lancarnya” (Artur J. Keown dkk dalam Manajemen Keuangan, terjemahan-indeks-2011). Formulanya : rasio rancar = aktiva lancar : hutang lancar. Dari perhitungan yang kami lakukan, kami menyimpulkan bahwa dalam kurun waktu 2005-2010, PT. Elnusa, Tbk memiliki cukup aktiva untuk melakukan pelunasan atas kewajiban lancarnya. Gambar 2.1 akan menunjukkan hal tersebut.

Gambar 2.1. Ratio Lancar PT. Elnusa, Tbk 2005 – 2010

2.1.2.2.Acid Test  Ratio (Rasio Cepat)

Acid Test  Ratio (rasio cepat) menunjukkan “likuiditas perusahaan, seperti yang diukur dengan membandingkan aktiva lancar, kecuali persediaan terhadap kewajiban lancarnya”. (Artur J. Keown dkk dalam Manajemen Keuangan, terjemahan-indeks-2011). Formulanya;  rasio rancar = aktiva lancar – persediaan : hutang lancar.

Gambar 2.2 Rasio Cepat PT. Elnusa, Tbk

Gambar 2.2 menunjukkan bahwa antara tahun 2005 – 2007 secara perhitungan rasio cepat terjadi tren penurunan anga rasio; namun demikian tahun 2007-2010 tren rasionya selalu meningkat.

2.1.2.3.Cash Ratio

Cash Ratio “mengukur jumlah kas tersedia dibanding dengan hutang lancar. Pengertian kas kadang-kadang diperluas dengan setara kas (cash equivalent) meliputi surat berharga yang mudah diperjualbelikan”.(Universitas Gunadharma dalam http://elearning.gunadarma.ac.id). Formulanya; Kas + Setara Kas: Current Liabilities

Gambar 2.3 Cash Ratio PT. Elnusa, Tbk 2005-2010

Gambar 2.3 menujukkan pergerakan kas dan setara kas jika dibandingkan dengan kewajiban lancar perusahaan tahun 2005-2010.

2.2.            Aspek Leverage

Aspek ini “mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan sumber hutang”.(Universitas Guna Dharma dalam  openstorage.gunadarma.ac.id/Presentasi-Sidang/FEK_20207187.pp)

1.2.3.      Debt Ratio

Debt Ratio “mengukur presentasi total dana yang dipenuhi atau dibiayai dengan hutang”. (Universitas Guna Dharma dalam  openstorage.gunadarma.ac.id). Hasil analisis laporan keuangan PT. Elnusa,Tbk menunjukkan bahwa pada tahun 2006 – 2009 perusahaan memiliki risiko yang tinggi, karena prosentasi pendanaan dari utang perusahaan dari utang lebih dari 50%. Namun demikian, hal ini tidak berlangsung terus menerus, dan pada tahun 2010 prosentase pendanaan dengan utang kurang dari 50% yakni sebesar 47%. Gambar 2.4 menunjukkan hal ini.

Gambar 2.4. Debt Ratio PT. Elnusa,Tbk 2005-2010

1.2.4.      Debt to Equity Ratio

“Debt to equity ratio melihat keseluruhan total hutang baik hutang jangka panjang maupun jangka pendek dibandingkan dengan ekuitas. Debt to equity ratio juga dapat berarti sebagai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban dalam membayar hutangnya dengan jaminan modal sendiri” ( Universitas Sumatra Utara www.usu.ac.id)

Gambar 2.5 rasio utang terhadap aset.

 

 

 

Gambar ini menunjukkan bahwa PT. Elnusa memiliki jaminan yang kuat untuk memenuhi kewajiban yang dimiliki bahkan tahun 2007-2009 di atas angka 100%.

1.2.5.      Equity Ratio

Equity Ratio menunjukkan seberapa besar kepemilikan aset didanai oleh modal sendiri. Semakin besar prosentenya akan semakin baik.

Gambar 2.6 Equity Ratio PT. Elnusa,Tbk

 

 

Gambar 2.6 menunjukkan bahwa pada tahun 2005 aset yang didanai modal sendiri di atas 50% yakni 52,26% . Prosentasenya kemudian mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa aset yang didanai oleh modal sendiri lebih kecil dibandingkan dengan modal pinjaman.

1.2.6.      Equity Multi Player

Rasio Equity Multi Player menunjukkan bahwa jika angka semakin tinggi, risikonya semakin besar.  Gambar 2.7 menunjukkan bahwa pada tahun 2008 risiko perusahaan tinggi.

 

Gambar 2.7 Equity Multi Player PT. Elnus, Tbk

 

 

 

1.2.7.      Times Interest Earned Ratio

Gambar 2.8 Times Interest Earned Ratio, PT. Elnusa, Tbk 2005-2010

 

 

 

Gambar 2.8 menunjukkan bahwa pada tahun 2005, perusahaan memiliki kemampuan untuk membayar bunga utangnya sebesar 7,03 dari pendapat operasinya. Kemampuan tersebut menjadi turun, seperti yang ditujukkan pada gambar 2.8. Hal ini terjadi karena meningkatnya jumlah kewajiban perusahaan dan fluktuasi laba operasi perusahaan.

2.3.            Aspek Efisiensi Penggunaan Aset

Mengukur sejauh mana perusahaan menggunakan asetnya secara efisien dalam operasional perusahaan. Rasio-rasio efisiensi :

2.3.1.      Inventory Turnover

Inventory Turnover  “menunjukkan berapa kali jumlah persediaan barang dagangan diganti atau dijual  dalam satu tahun. Perputaran yang tinggi menunjukkan tingkat persediaan yang ada cukup baik”.(Universitas Guna Dharma dalam  openstorage.gunadarma.ac.id/Presentasi-Sidang/FEK_20207187.pp).

Gambar 2.9  Inventory Turnover PT. Elnusa,Tbk 2005-2010

 

 

 

 

2.3.2.      Day’s Sale Inventory

 

 

Tabel di atas menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 2005-2010, persediaan perusahaan akan habis dalam waktu kurang dari 15 hari. Periode ini tentunya singkat dan ini menujukkan tingat perputarannya tinggi.

2.3.3.      Accounts Reveiveable Turnover

Gambar 2.3.3.1 berikui ini menunjukkan tingkat perputaran piutang PT. Elnusa, Tbk tahun 2005-2010. Data tersebut menunjukkan bahwa tahun 2010 menempati tingkat perputaran piutang yang lebih baik, jika dibadingkan tahun 2005-2009

Gambar 2.3.3.1 Accounts Reveiveable Turnover

 

 

2.3.4.      Average Collection Period

 

 

 

2.3.5.      Total Aset Turover

Gambar 2.3.5.1 Total Asset Turnover PT. Elnusa, Tbk 2005 – 2010

 

 

 2.3.6.      Fixed Asser Turnover

Gambar 2.3.6.1 Fixed Asset Turnover PT. Elnusa, Tbk 2005 – 2010

2.4.            Aspek Profitabilitas

Aspek profitabilitas aspek yang menunjukkan bagaimana perusahaan mendapatkan keuntungan.  Rasio-rasio profitabilitas :

2.4.1.      Gross Profit Margin

Gross Profit Margin “mengukur tingkat keuntungan kotor perusahaan; semakin tinggi margin laba kotor perusahaan, semakin bagus artinya biaya produksi perusahaan itu rendah. Sebaliknya, semakin rendah margin laba kotor semakin tinggi biaya produksi yang ditanggung perusahaan”. (http//www.staffsite.gunadarma.ac.id). Gambar 2.4.1.1 menunjukkan perkembangan GPM PT. Elnusa, Tbk 2005-2010.

Gambar 2.4.1.1 Gross Profit Margin PT. Elnusa, Tbk 2005 – 2010

Gambar ini menunjukkan bahwa perkembangan GPM Elnusa,Tbk secara umum selalu mengalami penurunan. Tahun 2010 merupakan tahun dimana biaya produksi perusahaan, hal ini ditunjukan dengan prosentase GPM sebesar 110,78%.

2.4.2.      Operating Profit Margin ( Laba Operasi )

Laba Operasi adalah “laba dari kegiatan utama perusahaan. Oleh Karena itu seharusnya laba ini memberikan hasil lebih besar dibandingkan dari laba yang bukan utama”. (Universitas Gunadarma dalam www.elearning.gunadarma.ac.id). Gambar 2.4.2.1 menunjukan margin laba operasi PT. Elnusa, Tbk tahun 2005-2010.

Gambar 2.4.2.1 menunjukan margin laba operasi PT. Elnusa, Tbk tahun 2005-2010.

2.4.3.      Net Profit Margin

Ina Rinati mengutip Bastian dan Suhardjono (2006:2009) dalam http://www.gunadarma.ac.id Net Profit Margin adalah “perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan semakin produktif, sehingga akan meningkatkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Rasio ini menunjukkan berapa besar prosentase laba bersih yang diperoleh setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. Menurut Sulistyanto, angka NPM dapat dikatakan baik bila >5%”. Berdasarkan pernyataan ini, maka untuk hanya tahun 2008 dan 2009 PT.Elnusa,Tbk memiliki kemampuan untuk mendapatkan laba yang tinggi. Gambar 2.4.3.1 akan menunjukkan rasio NPM PT. Elnusa,Tbk tahun 2005-2010

Gambar 2.4.3.1 menunjukkan rasio NPM PT. Elnusa,Tbk tahun 2005-2010

2.4.4.      Operating Income Return on Investment

 

Operating Income Return on Investment “menunjukkan kefektifan manajemen dalam mengasilkan laba operasional atas aset-aset perusahaan, yang diukur dengan membandingkan laba operasional terhadap total aset”.(Artur J. Keown dkk dalam Manajemen Keuangan, terjemahan-indeks-2011). Dengan kata lain OIROI mengambarkan kemampuan perusahaan untuk menjaga biaya operasional rendah. Gambar 2.4.4.1 akan menujukkan OIROI PT.Elnusa,Tbk tahun 2005-2010.

Gambar 2.4.4.1 OIROI PT.Elnusa,Tbk tahun 2005-2010

2.4.5.      Return on Asset (ROA)

 

Return on Asset menunjukkan “pengembalian atas aset-aset menentukan jumlah pendapatan bersih yang dihasilkan dari aset-aset perusahaan dengan menghubungkan pendapatan bersih ke total aset”. (Artur J. Keown dkk dalam Manajemen Keuangan, terjemahan-indeks-2011).

Gambar 2.4.5 ROA, PT. Elnusa, Tbk

Gambar 2.4.5 menunjukkan bahwa pada tahun 2009 menepati posisi tertinggi prosentase laba bersih dari kepemilikan asetnya.

2.4.6.      Return On Equity ( ROE )

Return On Equity menunjukkan secara langsung dapat dipakai perusahaan untuk melihat kemampuan perusahaan untuk memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Gambar 2.4.6 menunjukkan ROE PT. Elnusa,Tbk tahun 2005-2010.

Gambar 2.4.6 ROE PT. Elnusa,Tbl 2005-2010

 

 

BAB III

ANALISIS SAHAM PT ELNUSA,Tbk 2005-2010

3.1.            Tinjuan Teori

3.1.1.      Saham

Saham adalah “ sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaimnya, saham dapat dibedakan menjadi saham biasa dan saham preferen, sedangkan ditinjau dari cara peralihannya dapat dibedakan menjadi saham atas unjuk dan saham atas nama’. (Heni Kiswati: Share Price Movement Analysis in Mining Sector Recorded in LQ45 Index The Can Slim Method in Idx dalam http://www.gunadarma.ac.id) .

3.1.2.      Harga Saham

Harga saham adalah “harga suatu saham yang diperdagangkan di bursa. Harga saham sering dicatat berdasarkan perdagangan terakhir pada hari bursa sehingga sering disebut hari penutupan. Oleh karena itu harga saham diukur dari harga resmi berdasarkan transaksi penutupan terakhir bursa”. (Universitas Sumatra Utara dalam www.usu.ac.id)

3.1.3.      Volume Perdagangan

Volume Perdagangan adalah “jumlah satuan unit saham yang diperjualbelikan dalam suatu periode tertentu, biasanya harian. Untuk melihat besarnya volume perdagangan yaitu jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan dibagi dengan jumlah saham yang beredar”. (Agung Nur Isra Ciptaningsih  dalam www.undip.ac.id/)

3.1.4.      Harga Penutupan Harian

Harga penutupan harian menunjukkan harga terakhir yang terjadi atas suatu saham pada suatu hari tertentu.

3.2.            Analisis Saham PT. Elnusa, Tbk

Sebelum melakukan analisis saham PT, Elnusa,Tbk terlebih dahulu disampaikan faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan. “Faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham menurut Weston dan Brigham (1993:26-27) dalam http://jurnal-sdm.blogspot.com adalah proyeksi laba per lembar saham, saat diperoleh laba, tingkat resiko dari proyeksi laba, proporsi utang perusahaan terhadap ekuitas, serta kebijakan pembagian deviden. Faktor lainnya yang dapat mempengarahi pergerakan harga saham adalah kendala eksternai seperti kegiatan perekonomian pada umumnya, pajak dan keadaan bursa saham”.

Gambar 3.2 Pergerakan harga penutupan saham PT. Elnusa,Tbk 3 Januari 2011-30 Oktober 2011

 

  

Gambar 3.2 di atas menunjukkan bahwa harga dan volume penjualan saham harian PT. Elnusa 3 Januari – 30 Oktober 2011. Dari gambar terlihat  bahwa harga dan volume perdagangan saham yang diperdagangkan sangat flukatif, bahkan perubahan yang terjadi sangat ekstrim. Perubahan ekstrim tersebut dapat berupa volume perdagangannya meningkat tinggi dibadingkan volume perdagangan hari sebelumnya. Jika menggunakan menggunakan hukum permintaan dan penawaran, maka tingginya volume perdagangan saham dipengaruhi oleh tingginya permintaan pasar terhadap saham disisi lain, harga yang ditawarkan rendah. Tabel 3.3. berikut ini akan mengambarkan secara jelas peningkatan peningkatan ekstrim volume perdagangan saham yang dibadingkan dengan volume hari sebelum dan sesudah titik tersebut.

Tabel 3.3 peningkatan ekstrim volume perdagangan

Jika kita melihat tabel 3.3 nampaknya hukum permintaan tidak sepenuhnya terjadi, karena ternyata pada titik tertentu seperti pada tanggal 10 Januari 2010 dan 11 Januari 2010, pada saat penutupan perdagangan selisih penurunnya 10, namun demikian volume perdagangnya tidak meningkat melainkan turun. Namun tentunya pergerakan saham tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran tetapi juga oleh faktor lain seperti yang tersebut di atas seperti yang telah kami sampaikan di atas (faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan saham).

Pergerakan fluktuasi perdagangan saham juga dipengaruhi oleh reaksi pasar atas kebijakan yang diambil manajemen untuk menghasilkan kinerja yang baik. Masyarakat akan melihat apakah yang dilakukan perusahaan merupakan salah satu kebijakan yang menguntungkan misalnya pengumuman produk baru yang akan mendapatkan keuuntungan bagi perusahaan. Jika investor tertarik tentunya mereka akan memperhitungkan untuk melakukan pembelian atas saham yang diperdagangkan PT. Elnusa,Tbk.

Meskipun saham PT. Elnusa, Tbk volume perdagangan sahamnya selalu fluktuatif, namun hal tersebut tidaklah menunjukkan bahwa saham yang dimiliki  tidak berkualitas; justru sebaliknya. Berdasarkan langsiran www.detikfinance tanggal 31 Januari 2011 dari data yang disampaikan BEI, PT Elnusa, Tbk menjadi salah satu perusahaan dalam indeks LQ45 periode Februari – Juli 2011. Hal yang sama terjadi pada tahun 2010 PT. Elnusa, Tbk juga masuk dalam jajaran LQ45 untuk periode Agustus 2009 – Januari 2010;seperti yang dilangsir www.vivanews.com tanggal 2 Agustus 2009. Namun hal tersebut tidak terjadi pada periode agus 2011 – Januari 2012, dimana berdasarkan langsiran www.idx.co.id tanggal 25 Juli 2011 PT. Elnusa, Tbk tidak terdaftar dala LQ45

“Indeks LQ45 adalah nilai kapitalisasi pasar dari 45 saham yang paling likuid dan memiliki nilai kapitalisasi yang besar hal itu merupakan indikator likuidasi. Indeks LQ 45, menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan Likuiditas perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan (setiap awal bulan Februari dan Agustus). Beberapa kriteria – kriteria seleksi untuk menentukan suatu emiten dapat masuk dalam perhitungan indeks LQ 45 adalah :

  1. Kriteria yang pertama adalah :

–        Berada di TOP 95 % dari total rata – rata tahunan nilai transaksi saham di pasar reguler

–        Berada di TOP 90 % dari rata – rata tahunan kapitalisasi pasar.

  1. Kriteria yang kedua adalah :

–        Merupakan urutan tertinggi yang mewakili sektornya dalam klasifikasi industri BEJ sesuai dengan nilai kapitalisasi pasarnya.

–        Merupakan urutan tertinggi berdasarkan frekuensi transaksi (Tjiptono, 2001, p. 95-96)”. (http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/indek-lq-45-definisi-kriteria-dan.html)

Jika melihat memperhatikan indeks LQ45, dapat dimengerti bila pembeli memiliki perhitungan yang berbeda dan penilaian yang berbeda sebelum melakukan pembelian atas suatu saham. Artinya bahwa seorang investor, tidak hanya mempertimbangkan satu sisi dari LQ45 saja tetapi memperhatikan hal lain seperti risiko, tingkat pengembalian dan hal lainnya sebelum melakukan transaksi pembelian saham suatu perusahaan. Dengan demikian dapat dipahami pula jika volume perdagangan saham PT. Elnusa,Tbk selalu fluktuatif dari waktu – kewaktu

3.3.            Hubungan Kondisi Keuangan Perusahaan dengan Pergerakan Harga Saham

Seorang investor ketika membeli saham suatu perusahaan tentunya mengharapkan tingkat pengembalian yang tinggi. Untuk mengetahui seberapa besar hal tersebut terjadi, maka seharusnya dilakukan perhitungan dengan menggunakan konsep rasio yang telah ada. Demikianpun yang terjadi dalam pergerakan saham PT. Elnusa,Tbk dimana terjadi fluktuasi dalam perdaganganya. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh harapan pengembalian yang diperoleh setelah melakukan pembelian saham. Untuk melihat hal ini, beberapa konsep dapat dipakai seperti Deviden Payout Ratio, ROE, Debt Ratio dan lain sebagainya.

  1. 1.             Deviden Payout Ratio dan EPS

Jika merujuk pada data pada tabel 3.3 di atas tentunya, dari sisi DPR, ketertarikan untuk melakukan pembelian saham PT. Elnusa adalah karena dilihat dari data tahun 2007-2010, PT Elnusa,Tbk membagikan deviden kepada pemegang sahamnya >20%.

DPR belum menjelaskan secara detail berapa jumlah yang diterima oleh setiap pemegang saham; hal ini dapat dijelaskan dengan menggunakan Market Value Ratio yakni Earning Per Shares. Berikut kami sajikan EPS, PT. Elnusa TBK tahun 2007-2010.

No

Tahun

EPS (Rp)

1

2007

Rp 2,47

2

2008

Rp 3,67

3

2009

Rp 25

4

2010

Rp 2,74

Sumber data : –     www.detikfinance tanggal 6 Mei 2009

–          http://www.elnusa.co.id, press release 21 Juni 2010

–          http://www.metrotvnews.com, 19 Mei 2011

–          Surat PT Elnusa, Tbk tanggal 16 Mei 2008, kepada PT. BEI

Berdasarkan EPS tersebut di atas, maka para pembeli saham PT. Elnusa, Tbk akan memperhatikan hal ini. Maka tidaklah mengherankan terjadi fluktuasi dalam pergerakan saham PT. Elnusa, Tbk karena setiap investor akan memperhitungkan hal ini sebelum melakukan pembelian atau dapat pula menimbang dengan membandingkan EPS yang ditawarkan perusahaan lain.

  1. 2.             ROE

Gambar 3.3.2 (ROE) akan kami tampilkan kembali untuk membantu melakukan analisis hubungan kondisi keuangan perusahaan dengan pergerakan saham perusahaan.

Gambar 3.3.2 ROE PT. Elnusa, Tbk

ROE menggambarkan jika melakukan investasi pada perusahaan akan mendapatkan keuntungan seperti yang angka ROE; artinya bahwa jika memperhatikan ROE PT. Elnusa,Tbk dari tahun 2005-2010, yang menujukkan tren peningkatan pada tahun 2005-2009 lalu turun drastis pada tahun 2010, maka pembeli saham juga akan memperhitungkan hal ini. Fluktuasi pergerakan saham juga dipengaruhi oleh faktor ROE ini.

 

  1. 3.             Debt Ratio

Gambar 3.3.3 (Debt Ratio) akan kami tampilkan kembali akan untuk membantu membandingkan bagimana hubungan kondisi keuangan PT. Elnusa,Tbk dalam hubungannya dengan pergerakan saham.

Gambar 3.3.3 Debt Ratio

Gambar 3.3.3. di atas menunjukkan rasio risiko perusahaan, dan dari data yang tersaji di atas secara umum PT. Elnusa,Tbk cukup beresiko. Hal tersebut ditandai misalnya pada tahun 2007-2009, total aset yang didanai utang lebih besar dari 50%. Meskipun pada tahun 2010, kondisi tersebut turun, namun tetap saja hal ini menjadi pertimbangan bagi setiap investor untuk melakukan pembelian saham PT. Elnusa, Tbk.

 

 

3.4.            Kesimpulan Hasil Analisis Pergerakan Harga Saham

Fluktuasi pergerakan harga saham PT. Elnusa,Tbk menunjukkan bahwa, pasar memiliki pandangan berbeda terhadap saham yang dimiliki. Untuk itu penawaran atas harga sahampun selalu berubah. Perubahan ini mencerminkan bagaimana pasar bekerja dan mempertemukan diri dalam melakukan transaksi perdagangan. Dari uraian yang kami sajikan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan :

  1. Proyeksi Laba per lembar saham

Laba perusahaam dengan memarhatikan jumlah saham beredar dapat membantu untuk menilai apakah saham tersebut menjanjikan harga perlembar saham yang menguntungkan investor. Pergerakan atas harga saham dipengaruhi oleh sejauh mana reaksi pasar atas laba perlembar saham perusahaan setiap tahunnya.

  1. Proporsi Utang terhadap asset

Perusahaan yang memiliki utang yang tinggi dalam pendanaan asetnya, tentunya memiliki risiko yang tinggi pula; dan setiap investor tentunya akan memperhatikan risiko ini. Dengan jumlah utang yang tinggi, tentunya perusahaan memiliki kewajiban untuk melakukan pembayaran dan ini tentunya diambil dari keuntungan perusahaan. Dengan berkurangnya keuntungan karena pembayaran utang, tentunya berpengaruh terhadap minat untuk melakukan pembelian saham.

  1. Kebijakan Deviden

Berdasarkan data yang kami sajikan di atas. PT Elnusa, Tbk sejak tahun 2007 membagikan deviden sebesar 20% dari pendapatan bersih yang diterima. Angka ini kemudian meningkat pada tahun 2009-2010 yakni sebesar 30%. Kebijakan pembagian deviden juga menjadi salah satu faktor bagaimana harga saham ditempatkan pada posisi tertentu yang memiliki posisi tawar yang tinggi di pasar. Dengan tingkat pembagian deviden seperti ini, tentunya permintan akan saham meningkat, dengan penawaran yang kuat maka harga akan naik, namun turun jika penawaran rendah.

  1. Permintaan dan Penawaran

Hukum permintaan dan penawaran memainkan peran penting dalam penentuan harga saham. Fluktuasi harga saham juga demikian.Ketika permintaan dan penawaran bertemu maka kekuatan tersebut akan mempengaruhi sejauh mana penentuan harga yang sesuai. Ketika permintaan tinggi, harga naik dan ketika permintaan turun harga yang ditawarkan turun. Hal ini akan terus terjadi, dan tentunya fluktuasi harga saham akan juga dipengaruhi oleh hal ini.

  1. Index LQ45

Fluktuasi harga saham dapat dijelaskan dengan memperhatikan indeks LQ45. Seperti yang telah kami uraikan di atas, PT. Elnusa,Tbk tidak selalu berada dalam ddaftar LQ45, ini berarti bahwa dalam periode tertentu perusahaan tidak liquid sehingga pembeli akan mempertimbang lagi untuk melakukan pembelian atas saham yang diperdagangkan. Hal ini berdampak pada harga saham perusahaan, dan perusahaan perlu melakukan kebijakan yang mendukung untuk meningkatkan kemampuannya sehingga memiliki tingkat likuiditas yang baik.

  1. Perilaku Pasar

Perilaku pasar yang dimaksudkan disini adalah bahwa pembeli tentunya akan membeli saham yang menjanjikan tingkat pengembalian yang menguntungkan. Untuk itulah mereka akan dengan jeli memperhatikan setiap rasio perusahaan dari waktu kewaktu. Seperti yang telah kami sampaikan pada bagian profil bahwa 20,38% saham PT. Elnusa adalah milik masyarakat, dan ini tentunya memiliki posisi tawar yang tinggi. Kekuatan ini tentunya akan mempengaruhi fluktuasi harga perdagangan saham perusahaan.

 

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

Demikian pemaparan kami tentang kondisi keuangan PT. Elnusa,Tbk tahun 2005-2010. Kami menyadari bahwa paparan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala kritik dan saran untuk perbaikan paparan ini sangat kami harapkan. Sekian dan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

  1. http://www.elnusa.co.id
  2. Keown  Artur J. dkk : 2011, Manajemen Keuangan, terjemahan : Jakarta indeks
  3. http://elearning.gunadarma.ac.id
  4. http://www.gunadarma.ac.id
  5. http://www.idx.co.id
  6. www.usu.ac.id
  7. http://www.scribd.com
  8. http://www.staffsite.gunadarma.ac.id
  9. http://www.undip.ac.id
  10. http://jurnal-sdm.blogspot.com
  11. www.detikfinance
  12. www.vivanews.com
  13. http://finance.yahoo.com/
  14. www.metrotvnews.com
  15. http://id.wikipedia.org